Friday, March 26, 2010

Desire to Intention Knowledge Sharing

Kali ini saya ingin membahas salah satu faktor krusial yang sangat penting dan vital bagi kelancaran dan perkembangan KM di suatu organisai karena tanpa ini maka semua jerih payah yang telah dicurahkan organisasi di dalam membangun KM tersebut akan menjadi sia - sia dan tidak berguna sama sekali bagi kelancaran proses organisasi dalam mencapai tujuannya. Kita sudah mengetahui bahwa knowledge sharing merupakan salah satu bagian dari core process dari suatu KM karena tanpa knowledge sharing ini, maka tidak akan ada knowledge yang berguna dan bermanfaat yang dapat dibagi dan diserap oleh orang - orang yang berada didalam organisasi. Suatu perubahan haruslah dapat dilakukan untuk mendapatkan suatu hasil yang nyata bagi penerapan KM yang sukse didalam organisasi. Seseorang sebagai suatu objek didalam pengembangan KM pasti memiliki suatu hasrat dan niat untuk membantu KM tersebut menjadi lancar didalam organiasai, namun apalah arti sebuah hasrat tanpa ada niat untuk membagi ilmu tersebut. Semua orang pasti memiliki suatu pertimbangan tertentu untuk dapat membagi pengalaman dan pengetahuannya untuk orang lain karena bukan tanpa sebab bahwa dengan membagi ilmu tersebut orang yang memanfaatkan ilmu kita tersebut pasti akan menjadi sama dengan kita atau lebih daripada kita sendiri. Disinilah peran manajamen untuk menyukseskan sebuah sistem KM yang telah diterapkan karena bagaimanapun organisasi harus dapat memotivasi atau bahkan dapat memaksa anggotanya untuk dapat saling berbagi pengetahuan didalam KM tersebut. Memang tidaklah mudah dalam membagi suatu ilmu tertentu untuk orang lain, namun apalah arti sistem KM tersebut tanpa sebuah knoweledge yang berarti.

PEST Analysis for Analyzing Bussiness Factors

Didalam menganalisis suatu bisnis yang berkembang, maka diperlukan suatu metode tertentu didalam mengamati situasi dan kondisi yang ada di sekitar lingkungan bisnis tersebut. PEST merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk dapat menganalisis suatu bisnis tertentu untuk mendapatkan suatu pertimbangan tertentu mengenai bisnis perusahaan yang ingin digerakkan lebih baik lagi sesuai dengan metode PEST tersebut. Metode PEST terdiri dari :
1. Political
Merupakan faktor politik yang dapat mempengaruhi baik itu menghambat ataupun memperlancar bisnis perusahaan
2. Economical
Merupakan faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi baik itu menghambat ataupun memperlancar bisnis perusahaan
3. Social
Merupakan faktor yang terdapat didalam budaya dan kultur suatu masyarakat tertentu yang dapat mempengaruhi bisnis perusahaan baik itu menghambat ataupun memperlancar bisnis perusahaan
4. Technology
Merupakan faktor yang mempengaruhi perusahaan dari sisi teknologi yang berkembang di sekitar lingkungan perusahaan serta teknologi yang digunakan untuk mendukung kelancaran proses bisnis perusahaan

Knowledge Management's Help Desk

Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa banyak sekali konsep teknologi untuk dapat membangun dan merancang knowledge management tersebut. Salah satu contoh dari konsep teknologi tersebut adalah pada konsep help desk. Help desk pada dasarnya merupakan sebuah teknologi dimana suatu ketika user membutuhkan suatu bantuan tertentu maka teknologi help desk tersebut akan memberikan beberapa bantuan untuk dapat membantu user dalam menyelesaikan masalah - masalah yang dihadapi. Dalam hal ini tentu help desk akan sangat berguna sekali bagi kemajuan pembangunan knowledge management di suatu organisasi tertentu karena akan membuat segala macam hal tentang knowledge - knowledge yang dimiliki oleh organisasi tersebut menjadi mudah untuk dicari dan ditemukan oleh orang - orang yang ada didalam organisasi tersebut. Help desk akan dapat membantu orang - orang didalam organisasi tersebut menemukan segala macam solusi yang dihadapinya dalam menjalankan proses organisasi yang ada melalui knowledge organisasi yang sudah ada dan tersedia. Salah satu tool dalam teknologi help desk yang dapat membantu pembangunan knowledge management adalah pada web-enabled support. Dengan web-enabled support, maka seluruh bagian organisasi yang menggunakan KM dapat langsung mencari dan menemukan solusi atas segala macam permasalahan proses yang berjalan didalam organisasi tersebut dengan cepat dan mudah serta dapat diakses dimana saja melalui web. Fitur lainnya adalah pada fitur tool desktop conferencing system (contoh : microsoft netmeeting) yang dapat dengan mudah digunakan oleh orang - orang yang memang tidak dapat mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana permasalahan yang mereka hadapi. Cara ini efektif karena akan melibatkan orang - orang yang memang ahli dalam menangani masalah seperti itu sebelumnya.

Importance of Networking in KM

Disini saya ingin membahas tentang keeratan sebuah KM terhadap sebuah teknologi jejaring (network). Seperti yang telah kita ketahui bahwa KM adalah sebuah konsep dimana pengetahuan yang terdapat baik di internal dan eksternal sebuah organisasi diidentifikasi dan didistribusikan ke seluruh bagian organisasi yang didalamnya terdapat individu - individu yang melakukan proses organisasi. Secara garis besar sebuah KM tidak dapat berjalan secara maksimal apabila tidak adanya budaya knowledge sharing yang baik didalam lingkungan organisasi. Hal inilah yang membuat KM memerlukan infrastruktur yang dapat mendukung
proses knowledge sharing tersebut. Sebuah jejaring sangatlah mutlak diperlukan oleh organisasi yang menerapkan sistem KM tersebut. Dengan jejaring tersebut, maka proses knowledge sharing pun dapat terjadi dengan baik karena setiap anggota organisasi akan mudah untuk saling berdiskusi mengenai permasalahan organisasi secara real- time dengan anggota organisasi lainnya dimana saja dan kapanpun. Dengan jejaring pula, maka KM yang diterapkan pun akan menjadi efektif karena informasi tentang isi dari sistem KM tersebut akan berputar diantara anggota organisasi tersebut.

Knowledge As A Great Assets for Company

Seperti yang telah kita ketahui bahwa sebuah knowledge bagi kita akan memberikan sebuah nilai tambah dimata orang lain dan di masyarakat luas. Pengetahuan akan membuat diri kita menjadi seseorang yang terdidik baik dari segi berfikir, berperilaku, bertingkahlaku, dsb. karena dengan pengetahuan itulah kita akan menjadi seseorang yang beradab dan berkembang. Namun pengetahuan bukanlah dapat kita lihat dari segi itu saja, banyak hal yang dapat dilakukan oleh
sebuah pengetahuan yang luas seperti pada halnya sebuah perusahaan. Perusahaan adalah sebuah organisasi yang kompleks yang memiliki banyak bagian - bagian yang memiliki fungsi masing - masing. Fungsi - fungsi itulah yang akan menjalankan tugasnya masing - masing demi untuk mencapai tujuan perusahaan dilihat dari visi dan misi perusahaan. Sebuah pengetahuan bagi perusahaan adalah sebuah aset yang sangat besar dan penting bagi kemajuan perusahaan karena dengan pengetahuan perusahaan dapat mengidentifikasikan berbagai macam pengetahuan di setiap bagian - bagian organisasi perusahaan untuk dapat mendokumentasikanya dengan baik agar tercipta sebuah database knowledge yang berguna bagi perusahaan ke depannya. Dengan aset pengetahuan itu, maka perusahaan akan lebih mudah dalam menjalankan proses bisnisnya dengan baik.

Knowledge Management's Groupware

Groupware merupakan sebuah software yang memfasilitasi sebuah grup atau sekumpulan orang - orang untuk dapat bekerja bersama serta berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai suatu pekerjaan tertentu yang dimiliki oleh orang - orang tersebut. Hal ini akan menimbulkan sebuah knowledge sharing secara langsung bagi orang - orang tersebut,sehingga akan dapat meningkatkan kapabilitas dan keahlian dari orang - orang tersebut. Dengan groupware, maka orang - orang tersebut dapat bekerja bersama didalam dokumen, jadwal meeting, form surat elektronik, akses folder terbatas, mengembangkan database yang dibagi, dan berkirim e-mail.
Perusahaan biasanya menggunakan groupware untuk dapat mendukung usaha kolaboratif diantara tim yang terdiri dari berbagi macam wilayah didunia. Groupware berdiri atas 3 prinsip, yaitu komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi. Prinsip tersebut berarti bahwa untuk dapat menjalankan groupware secara efektif maka diperlukan sebuah komunikasi yang bagus yang dapat menjangkau orang - orang yang akan menggunakan groupware tersebut, lalu dengan orang - orang tersebut harus dapat berkolaborasi dalam memajukan organisasi demi kemajuan bersama serta harus ada koordinasi yang bagus dalam mengatur bagaimana jalannya groupware
tersebut.

Corporate Memory

Berdasarkan buku end-user IS, corporate memory merujuk kepada dokumen - dokumen perusahaan baik resmi maupun tidak resmi, referensi manual, prosedur manual, kebijakan, dan pengetahuan lainnya yang berhubungan dengan bisnis perusahaan. Dalam hal ini corporate memory merupakan suatu pengetahuan penting yang dimiliki oleh perusahaan baik itu secara lisan maupun tulisan selama perusahaan itu berjalan mulai pada saat berdiri hingga sekarang pada saat berjalan. Dalam knowledge management corporate memory sangatlah penting bagi kelancaran dan kehidupan organisasi perusahaan karena corporate memory pasti memiliki
bagaimana budaya yang ada didalam perusahaan sampai kepada hal - hal teknikal yang dijalankan oleh perusahaan tersebut. Corporate memory akan sangat berguna bagi kemajuan perusahaan dikarenakan dengan corporate memory, maka setiap pegawai yang ada dapat memperoleh pengetahuan khusus mengenai pekerjaanya baik prosedur pekerjaan hingga teknikal pekerjaan yang ada. Dengan corporate memory perusahaan akan memiliki aset pengetahuan yang kian berkembang seiring dengan perkembangan perusahaan ke depan karena dengan adanya corporate memory, maka pegawai - pegawai yang ada pun akan menjadi sangat ahli dalam menangani pekerjaanya. Corporate memory juga akan sangat berguna bagi tingkat manajemen karena akan membantu mereka dalam mengambil keputusan yang ada pada saat kondisi tertentu.

Wednesday, March 24, 2010

Proses Penyebaran Best Practices

Kegiatan best practices sharing tidak berguna bagi perusahaan bila hanya dikuasai dan kemudian disimpan, atau tidak dipakai untuk mencapai tujuan peningkatan kinerja perusahaan sehingga tidak menjadi knowledge assets bagi perusahaan (Scarbrough, Swan, & Preston, 1999). Penyebaran best practices memerlukan kegiatan berkelanjutan bagi semua pihak pada community of practices sehingga mereka bisa semakin menguasai dan memakainya secara optimal dalam rangka menciptakan pelayanan bernilai kepada konsumen (Reedy & McCarthy, 2006).
Proses dalam penyebaran best practices sharing mencakup mulai dari sosialisasi yang sudah terbukti keberhasilannya, tapi belum dikodifikasi oleh karyawan, kemudian eksternalisasi best practices tadi menjadi terkodifikasi, selanjutnya penggabungan berbagai best practices terkait sehingga tercipta suatu proses kerja besar, dan akhirnya dilakukan internalisasi dimana proses kerja besar dalam kegiatan pelayanan disebarkan pada seluruh unit perusahaan (Nonaka dan Teckeuchi, 1995).
Pada intinya, implementasi berkelanjutan pada best practices sharing mengandung transfer best practice yang spesifik yang berkelanjutan sehingga kumpulan best practices dalam suatu sistem kerja yang besar sebagai kekayaan knowledge assets yang efektif bagi kinerja yang berkualitas.

Trust dan Best Practices Sharing

Hubungan antarkaryawan yang berbasis trust merupakan prasyarat bagi efektivitas proses sharing (Nonaka, 1991) untuk memfasilitasi kolaborasi dalam sharing pada explicit knowledge, terutama pada tacit knowledge yang rumit. Pada tingkat kolaborasi antarkaryawan, Collins dan Smith (2006) mencatat tiga fondasi untuk menciptakan trust dalam kolaborasi, yaitu:
  1. Ability (Unsur ability tiap pihak adalah yakin dan percaya bahwa orang lain mampu dan berketrampilan dasar untuk menjalankan tugas).
  2. Benevolence (Benevolence merujuk pada kemauan melakukan yang baik atau bersikap positif bagi orang lain).
  3. Integrity (Integrity adalah keyakinan bahwa orang lain dimotivasi oleh prinsip keadilan terhadap sesama).

Trust Sebagai Landasan Best Practices Sharing

Dalam riset manajemen strategis, studi tentang trust dibedakan dalam dua sudut pandang (Barney, 1990), yaitu sudut behavioral oriented yang berpendapat bahwa dalam kolaborasi antarmitra terdapat kecenderungan bahwa masing-masing mencari keuntungannya sendiri (opportunistic) sehingga satu sama lain tidak saling percaya (untrustworthy) (Mahoney, Huff dan Huff, 1993).
Sedangkan sudut economic oriented berpendapat bahwa antarmitra akan saling menguntungkan, dan kolaborasi dilandasi oleh kebijakan perusahaan dan disertai pengendalian atau control. Barney dan Hansen (1994) memodifikasi kedua pendekatan tersebut, dan mengusulkan bahwa para mitra dalam kolaborasi dapat menciptakan sikap saling percaya selama mereka menyadari bahwa mereka menangani sumber daya perusahaan yang sangat berharga, dan kolaborasi mempunyai tujuan bersama bagi perusahaan.
Nonaka (1991) menemukan bahwa trust merupakan prasyarat bagi best practices sharing, terutama bila kolaborasi dalam transfer knowledge yang rumit.
Penelitian Barney dan Hansen (1994) memberikan spesifikasi tentang peranan trust dalam kolaborasi, serta mengklasifikasikan trust dalam tiga tipe, antara lain:
  1. Weak form trust terdapat pada kolaborasi yang bersifat terbatas sehingga peluang opportunistik cukup kecil, tak terkait dengan sumber daya penting dalam perusahaan.
  2. Semi-strong form trust terdapat pada kolaborasi dalam konteks pengembangan sumber daya bernilai dan didukung oleh peraturan dan control untuk mengurangi niat opportunistik.
  3. Strong form trust terdapat pada kolaborasi pada sumber daya yang berharga, tanpa kebijakan, namun diharapkan berpedoman pada nilai-nilai dan prinsip manajemen yang menguntungkan semua pihak.

5 prinsip pengembangan KMS (knowledge management systems)

Knowledge Management System (KMS) merupakan sistem berbasis komputer untuk mendukung penerapan KM di perusahaan/organisasi, sehingga penyebaran dan pengaksesan pengetahuan akan lebih efisien dan efektif. Terdapat lima prinsip utama yang mendasari pengembangan Knowledge Management System (KMS) :

  • Menyimpan pengetahuan secara online dan dapat dilakukan secara online . Macam-macam pengetahuan dipublikasikan dalam bentuk digital, dan jika diperlukan dicetak dalam kertas. Pengetahuan disimpan dalam jaringan Intranet, tidak disimpan dalam kabinet-kabinet atau kotak-kotak, karena pengetahuan yang sudah dijadikan dalam bentuk digital akan lebih efisien untuk dipelihara, dan akan lebih mudah untuk dianalisa, ditelusuri, diperbaharui dan disebarluaskan.
  • Memudahkan akses pengetahuan online. Organisasi/perusahaan mempunyai tanggungjawab dan kewajiban untuk semua karyawan mempunyai akses yang sama terhadap pengetahuan yang sesuai dengan keperluannya
  • Para pegawai menjadi “Knowledge Worker”. Para pegawai dituntut untuk meningkatkan kemampuannya ketika melayani pelanggan/kustomer internal atau eksternal, sehingga para pegawai mampu mengakses dengan segera terhadap pengetahuan yang terbaru dan akurat. Dalam hal ini, teknologi Web dapat memberikan fasilitas untuk mendorong perubahan budaya melalui lingkungan yang didukung oleh pengetahuan atau informasi yang dapat diakses dari berbagai lapisan, dan juga bisa saling melakukan sharing satu sama lain dengan mudah.
  • Berkerja secara kemitraan (teamwork) untuk mencapai sasaran. Terdapat kebutuhan yang mendesak untuk dapat melakukan kerjasama secara lebih baik diantara para anggota atau departemen organisasi/perusahaan.
  • Menghilangkan atau memperkecil penghalang dan memberikan contoh/model. Dalam era informasi, pimpinan perusahaan/organiasi seharusnya secara proaktif mendorong para pekerja untuk bisa saling berkerja sama, oleh karena itu pimpinan memberikan contoh atau model untuk selalu berbagi pengetahuan atau informasi dengan semua lapisan.

karakteristik knowledge sharing menurut Tiwana

Tiwana (1999) mengajukan karakteristik dasar yang perlu dipenuhi oleh sistem penyebaran pengetahuan yang menghasilkan pemanfaatan pengetahuan sebagai berikut.
  • Sistem itu harus dapat diterima secara baik oleh komunitas yang secara aktual akan menggunakannya, bukan hanya diterima oleh komunitas yang membuatnya.
  • Sistem itu harus meleluasakan dan mendukung komunikasi yang kaya.
  • Konteks, pemaknaan, opini, prasangka dan bias harus punya saluran untuk mengalir melalui sistem.
  • Pengguna sistem jangan sampai merasa bahwa ia menggunakan sesuatu yang tidak akan digunakannya kalau ada pilihan lain.
  • Sistem itu harus mendukung berlangsungnya komunikasi informal dan beragam cara penungkapan ide, pikiran dan komunikasi.
  • Sistem itu harus transparan bagi penggunanya. Sistem itu juga harus bisa diakses oleh setiap anggota komunitas dengan derajat yang relatif setara.
  • Sistem itu mendukung penggunaan istilah-istilah informal (slang) dan jargon khusus dalam perusahaan atau departemen. Bahasa informal yang digunakan orang dalam komunikasi dengan kolega setingkat seringkali berbeda dengan bahasa formal yang digunakan orang berkomukasi dengan klien, senior atau atasannya. Sistem itu harus mendukung itu dan menjamin pengguna sistem merasa nyaman menggunakan itu dalam sistem. Hal ini perlu untuk menjaga agar sistem itu tidak jadi sekedar formalitas yang artificial. Selain itu juga, keleluasaan penggunaan bahasa informal dalam sistem memberikan rasa percaya diri dan sentuhan personal kepada penggunanya.

3 langkah pembentukan Knowledge dan pembelajaran

Tiga langkah fudamental dari proses pembentukan pengetahuan dan pembelajaran yang merujuk kepada pemikiran Nonaka dan Takeuchi (1995): knowledge acquisition (perolehan pengetahuan), knowledge sharing (berbagai pengetahuan atau penyebaran pengetahuan), knowledge utilization (pemanfaatan pengetahuan). Ketiganya berhubungan membentuk siklus dalam proses pembentukan pengetahuan dan pembelajaran.

Tuesday, March 23, 2010

Penerapan Knowledge Management pada Organisasi

Penelitian ini bertujuan untuk membangun konsep Organizational Knowledge Management System (OKMS) di salah satu unit organisasi LIPI sebagai studi kasus dan sekaligus merupakan hasil penerapan sistem KM (Knowledge Management) pada organisasi. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan studi literatur dan studi banding, membuat desain riset, serta melakukan pengumpulan data melalui survai, penyebaran kuesioner dan wawancara. Hasil yang diperoleh adalah dengan adanya sistem KM yang akan dikembangkan pada organisasi dapat mengakomodasi kebutuhan data, informasi, dan knowledge yang dibutuhkan. Sehingga dengan mengoptimalkan fungsi Knowledge Centre yang terintegrasi dengan sistem intranet, maka setiap pengguna dapat memperoleh dan menggunakan informasi serta knowledge yang dibutuhkan dengan mudah dan cepat. Disarankan agar strategi KM yang akan dikembangkan harus selaras dengan strategi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi.

Knowledge Management dan Knowledge Sharing Bidang Pangan

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah prototype KM bidang perkebunan, selama tiga tahun,dimana pada tahun pertama adalah eksplisit database, tahun kedua tacit database dan tahun ketiga kombinasi antara eksplisit dan tacit knowledge bidang perkebunan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan metode “soft system methodology”. Faktor yang mendukung keberhasilan kegiatan penelitian ini adalah tersedianya data dan informasi diberbagai lembaga penelitian pemerintah dan swasta, serta universitas di berbagai kota seperti: Jakarta, Bogor dan Bandung, sekaligus penguasaan metodologi dalam analisis.

Persaingan internasional pada saat ini cenderung lebih ketat dan kompleks, untuk itu perlu dicari cara atau model untuk mendapatkan produk atau jasa yang diperlukan oleh pasar di bidang perkebunan. Inovasi dapat membantu perkebunan dalam meningkatkan daya saing produk mereka ke pasar dalam negeri atau internasional. Sehingga bidang perkebunan sangat tergantung dari pengelolaan pengetahuan apakah akan terjadi siklus knowledge yaitu konversi perpindahan dari tacit ke tacit, kemudian dari tacit ke explicit knowledge dan perpindahan eksplisit ke eksplisit knowledge dan akhirnya dari eksplisit ke tacit knowledge.

Oleh karena itu pengelolaan knowledge (knowledge management) ini menjadi penting bagi pengembangan perkebunan di Indonesia dan peningkatan daya saing hasil perkebunan di masa depan.

Knowledge Management

Knowledge Management (KM), bisa kita artikan dengan manajemen pengetahuan.Manajemen, ialah suatu cara untuk merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya untuk suatu tujuan.

Sedangkan pengetahuan adalah data dan informasi yang digabung dengan kemampuan, intuisi, pengalaman, gagasan, motivasi dari sumber yang kompeten. Sumber pengetahuan bisa berupa banyak bentuk, contoh, Koran, majalah, email, e-artikel, mailing list, e-book, kartu nama, iklan, dan manusia.

Kesimpulan:Jadi untuk pengertian manajemen pengetahuan adalah merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan data dan informasi yang telah digabung dengan berbagai bentuk pemikiran dan analisa dari macam-macam sumber yang kompeten.

Tumpulnya Knowledge Management di BUMN

Untuk mengembangkan sistem pengelolaan Knowledge Management di BUMN, diperlukan empat fungsi yaitu : 1.using knowledge, 2.finding knowledge, 3.creating knowledge, dan 4.packaging knowledge. Fungsi itu akan membentuk suatu pengetahuan untuk menjawab tantangan mengenai know-how, know-what, dan know-why, serta menumbuhkan daya kreatifitas dan inovasi guna memecahkan berbagai masalah. Sejarah telah mencatat bahwa keberhasilan perusahaan di Jepang ditentukan oleh kepiawaian mereka dalam hal organizational knowledge creation.

Penerapan Knowledge Management di Organisasi

Pendahuluan
Era globalisasi yang ditunjang oleh inovasi juga ditandai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat . Menyadari akan persaingan yang semakin berat,
maka diperlukan perubahan paradigma di organisasi. Istilah paradigma berasal dari Yunani
artinya memperagakan atau mendemontrasikan, istilah tersebut dipopulerkan oleh Thomas
Khun dalam bukunya berjudul The structure of scientific revolutions. Dalam buku tersebut
Khun mendifinisikan sebuah paradigma ilmiah sebagai : 1). Apa yang diamati dengan cermat, 2).
Jenis pertanyaan yang akan diajukan dan jelajah untuk mencari jawaban dalam kaitannya
dengan subyek, 3). Bagaimana pertanyaan tersebut akan distruktur, dan 4). Bagaimana hasil
kajian ilmiah akan ditafsirkan. Jadi dalam sains biasa, paradigma merupakan himpunan
eksperimen contoh yang mungkin akan digandakan atau diulang. Perubahan paradigma itu
merupakan transformasi yang ditimbulkan oleh agen perubahan (katalis) dengan efek akhir
berupa metamorfosa yang melibatkan pengetahuan sebelumnya dan temuan baru yang
menentang atau membuang pengetahuan sebelumnya. Maka perubahan paradigma dianggap
sebagai sebuah perubahan dari satu cara berpikir ke cara berpikir lainnya. Jadi perubahan
paradigma di organisasi adalah dari yang semula mengandalkan pada resource-based, menjadi
knowledge-based, secara sederhana di organisasi saat ini adalah kumpulan buku, dokumen dan
materi lainnya yang ditata untuk digunakan oleh pemakai. Paradigma lama dengan kerangka
berpikir bagaimana mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya serta sedapat mungkin tidak
boleh meninggalkan perpustakaan alias tidak dipinjamkan, misalnya. Jadi perlu transformasi
yang didorong oleh agen perubahan yang mampu merubah pengetahuan yang sebelumnya
dengan temuan baru yang berlawanan dengan pengetahuan sebelumnya. Misalnya saat ini
terjadi perubahan paradigma menjadi knowledge provider atau solution provider yang
berorientasi pada pemakai. Bila sebelumnya pengolahan materi menjadi kerangka pikir utama,
maka kinilah pemakailah yang menjadi sasaran, misalnya. Paradigma ini muncul karena
tuntutan pemakai di satu sisi serta kesadaran bahwa data, informasi dan pengetahuan diolah
harus ditujukan kepada pemakai serta munculnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
yang semakin pesat, serta perubahan perilaku pemakai.? yang bertumpu pada analisis bidang
ilmu pengetahuan tertentu, misalnya pohon industri, kemasan informasi, metadatabase, data
mining, data warehouse, dan sebagainya. Disinilah peran pendidikan dan knowledge sharing di
kalangan karyawan menjadi amat penting dalam meningkatkan kemampuan manusia untuk
berpikir secara logika yang akan menghasilkan suatu bentuk inovasi. Jadi, inovasi merupakan
suatu proses dari ide melalui penelitian dan pengembangan sehingga akan menghasilkan
prototype yang bisa dikomersialkan.
Menurut Carl Davidson dan Philip Voss (2003), mereka mengatakan bahwa mengelola
knowledge sebenarnya merupakan cara bagaimana organisasi mengelola karyawan mereka,
identifikasi pengetahuan yang dimiliki karyawan, menyimpan dan membagi di tim,
meningkatkan dan terjadi inovasi. Sebenarnya menurut mereka bahwa knowledge management
adalah bagaimana orang-orang dari berbagai tempat yang berbeda mulai saling bicara, yang
sekarang populer dengan label learning organization.
Untuk membangun organisasi yang berbasis knowledge, maka memerlukan empat fungsi
yaitu : using knowledge, finding knowledge, creating knowledge, dan packaging knowledge
yang akan membentuk suatu knowledge untuk menjawab pertanyaan mengenai know-how,
know-what, dan know-why, serta menumbuhkan kreatifitas yang ditumbuhkan oleh dirinya
sendiri (self-motivated creativity), tacit pribadi (personal tacit), tacit yang membudaya (culture
tacit), tacit organisasi (organizational tacit) dan asset peraturan (regulatory assests). Sekarang
ini, asset terpenting dari suatu industri adalah knowledge, apalagi suatu lembaga pendidikan dan
lembaga penelitian. Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) keberhasilan perusahaan Jepang
ditentukan oleh keterampilan dan kepakaran mereka dalam penciptaan knowledge organisasinya
( organizational knowledge creation).
Berhubung organisasi adalah jaringan dari keputusan para perumus kebijakan dan pengambil
keputusan, oleh karena itu perlu dikelola agar menjadi efektif keputusannya dan terintegrasi
serta terpahaminya dampak dari keputusan tersebut. Karena keputusan merupakan hasil dari
commitment terhadap tindakan, maka keputusan juga memfasilitasi tindakan dengan
mendefinisikan dan mengkolaborasikan maksud dan tujuan serta mengalokasikan sumberdaya.
Tindakan dan maksud organisasi berinteraksi dengan berbagai macam elemen lingkungan
tersebut membutuhkan waktu yang lama, sedangkan pengambil keputusan menghadapi
kompleksitas dan ketidakpastian yang besar sekali untuk memahami isu yang ada,
mengidentifikasi alternatif yang sesuai, mengetahui outcome dan menjelaskan serta menentukan
keinginannya. Oleh karena itu, keputusan yang rasional memerlukan informasi di atas
kemampuan organisasi dalam mengumpulkan informasi dan memprosesnya di atas kapasitas
manusia untuk melakukannya.
Untuk mencapai budaya institusi yang inovatif, maka upaya membangun knowledge sharing
(berbagi knowledge) perlu dilakukan. Keuntungan dari orang yang berbagi knowledge adalah
mereka mampu merespon kesempatan secara cepat sehingga inovasi dapat diciptakan dan bukan
bersifat reinventing the wheel, agar mencapai sukses di dunia bisnis secara cepat dan biaya
murah.
Pada kajian ini diharapkan ke empat fungsi tersebut di atas dapat diimplementasikan di
organisasi dengan suatu kondisi tertentu dan fasilitas yang memadai untuk membangun
organisasi berbasis pengetahuan.

2 tantangan KM

Ada dua tantangan dalam perubahan yang terjadi. Tantangan yg pertama perubahan dari tacit ke

explicit knowledge yakni membentuk budaya organisasi untuk saling berbagi pengetahuan

(knowledge sharing) di antara semua anggota organisasi. Tantangan berikutnya, yakni

membiasakan diri untuk selalu membuat dokumentasi dari seluruh aktivitas yang ada dalam

organisasi. Jika seluruh pengetahuan telah terdokumentasi, maka akan menjadi mudah bagi

oprganisasi untuk mendistribusikan dan membagikan seluruh pengetahuan yang ada ke semua

pihak yang berkompeten.

kesimpulannya:Knowledge management
sangat penting untuk seluruh organisasi untuk sharing engetahuan...dan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan ilmu yg baru.

Sunday, March 21, 2010

Indentifikasi jenis dan sifat bisnis

Metode apapun yang akan di terapkan dalam organisasi, perusahaan perlu melakukan penilaian kembali dan mengidentifikasi jenis dan sifat bisnis inti yang digelutinya. Selanjutnya kita dapat melihat bahwa konteks knowledge dalam organisasi kita sebenarnya, berperan sebagai
- knowledge itu sendiri sebagai produk, atau
- knowledge menghasilkan produk / barang, atau
- knowledge yang dimiliki dijual menjadi jasa

Hal-hal yang harus di lakukan perusahaan

Muara dari teknik dan metode manajemen (KM) bagi kebutuhan bisnis, yakni bagaimana perusahaan dapat tetap melayani kebutuhan pelanggan dengan malakukan beberapa hal berikut
- Menagkap informasi
- Meningkatkan keluwesan dan adaptasi perusahaan
- Beroperasi dengan fixed asset dan overhead
- Sumber daya manusia, persediaan dan fasilitas yang optimal
- Menciptakan, berbagi knowledge, dan terus belajar
- Memberdayakan karyawan
- Melakukan inovasi
- Memperpendek waktu produksi
- Menghasilkan produk yang bermutu
- Mempercepat pelayanan
Pelayanan kebutuhan pelanggan musthil dapat dilakukan apabila perusahaan tidak terus menerus memfokuskan diri, dalam memperbaharui dan meningkatkan mutu knowledge karyawan dalam tim pekerjaannya

Tantangan KM

Ada dua tantangan dalam perubahan yang terjadi. Tantangan yg pertama perubahan dari tacit ke explicit knowledge yakni membentuk budaya organisasi untuk saling berbagi pengetahuan
(knowledge sharing) di antara semua anggota organisasi. Tantangan berikutnya, yakni membiasakan diri untuk selalu membuat dokumentasi dari seluruh aktivitas yang ada dalam organisasi. Jika seluruh pengetahuan telah terdokumentasi, maka akan menjadi mudah bagi oprganisasi untuk mendistribusikan dan membagikan seluruh pengetahuan yang ada ke semua pihak yang berkompeten.

Saturday, March 20, 2010

Implementasi Integrated Knowledge Management

Implementasi Integrated Knowledge Management

Untuk merealisasikannya, ada empat langkah yang perlu diperhatikan. Pertama, menganalisis dan menentukan strategy objective dari integrated KM bagi UMKM. Kedua, bagimana mengimplementasikan sistem KM technology yang berbasis web agar mudah dimanfaatkan oleh semua UMKM dan semua pihak.

Ketiga, mendesain proses (skenario) agar dapat mencapai target dari penerapan integrated KM. Dan keempat, bagaimana menciptakan budaya pembelajaran, pertukaran pengetahuan, dan pemanfaatan integrated KM oleh semua pihak secara sinergis dan berkesinambungan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.

Untuk langkah pertama, strategy objective, semua pihak yang berkaitan dapat duduk bersama dalam menganalisis faktor apa saja yang diperlukan UMKM agar dapat berdaya saing tinggi. Dengan kejelasan mengetahui faktor penentunya, maka strategy objective menjadi jelas dan terarah.

Michael Porter, pakar strategi dari Harvard Business School, mengungkapkan bahwa esensi dari sebuah strategi adalah bagaimana mengoptimalkan aktivitas bisnis secara unik atau berbeda dari yang dilakukan pesaing. Juga, menekankan pada pentingnya kebutuhan pelanggan, kemampuan akses pelanggan, dan ragam dari produk atau servis yang dimiliki perusahaan sebagai sebuah strategi positioning perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan bisa memiliki daya saing lebih tinggi dari pesaing dan berkesinambungan.

Jadi, inti strategy objective dari integrated KM bagi UMKM adalah harus fokus pada inovasi produk yang didukung mudahnya akses permodalan dan pemasaran.

Langkah kedua, implementasi teknologi KM berbasis web yang sangat berkaitan dengan teknologi informasi. Telah lama, teknologi informasi terbukti mampu merubah sebuah proses bisnis yang sebelumnya cenderung konvensional menjadi lebih cepat, informatif, inovatif, dan modern.

Dalam mengimplementasikan teknologi KM, faktor-faktor yang telah ditentukan oleh semua pihak di awal harus dapat diwujudkan melalui fitur-fiturnya. Secara mendasar, ada empat fitur yang wajib dimiliki oleh sistem KM.

Fitur pertama, knowledge storage tools, yang memudahkan UMKM dan semua pihak dalam mengumpulkan dan menyimpan data mapun infomasi. Karena berbasis web, maka proses penyimpanan data, informasi, dan pengetahuan bisa dilakukan dari mana saja dan pada saat kapan saja.

Fitur kedua, search and retrieval tools, dapat memudahkan UMKM dalam melakukan pencarian informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam database. Misalnya, ketika seorang pelaku UMKM memerlukan standar dan spesifikasi untuk industri jamur sitake ke jepang, maka dengan mudah dpat mencarinya dalam sistem ini.

Fitur ketiga, collaboration tools, memudahkan UMKM melakukan kolaborasi dengan pihak lain dalam mengoptimalkan proses bisnisnya. Misalnya saat membutuhkan dana untuk tambahan biaya produksi, maka UMKM dengan mudah dapat berkolaborasi dengan perbankan atau BI. Semua infomasi dan bagaimana cara melakukan peminjaman dana kepada pihak perbankan telah tersedia secara detail. Pihak perbankan pun melalui sistem ini selalu berinisiatif dalam mendistribusikan informasi dan data mengenai penyediaan dana kredit dan prosedurnya.

Selain itu, UMKM dan perbankan dapat berkolaborasi dalam mempercepat peningkatan inovasi produk, penyelesaian masalah produksi dan pemasaran, hingga pengambilan keputusan bisnis. Kolaborasi ini bisa dilakukan secara online, dimana saja, dan kapan saja. Sehingga, kolaborasi yang terjadi sangat sinergis dan saling menguntungkan satu sama lain.

Fitur keempat, communication tools, memungkinkan setiap pengguna untuk berkomunikasi kepada pihak lain secara real time dan dimana saja. Dengan begitu, maka proses bisnis yang dilakukan bisa berjalan efesien dan efektif. Misalnya komunikasi yang dilakukan oleh pemilik usaha dengan para karyawannya. Atau komunikasi yang bisa dilakukan antara pemilik usaha dengan pihak perbankan.

Melalui pemanfaatan fitur-fitur tersebut, maka UMKM dan institusi lainnya dapat melakukan kolaborasi dalam hal penukaran pengetahuan dan pengalaman, serta proses kerjasama bisnis seperti penyluaran kredit dari perbankan kepada UMKM. Tingkat kemampuan akses dari fitur-fitur ini bisa dilihat pada gambar 3.

Dengan simbol anak panah pada gambar, terlihat kemampuan dan keterbatasan akses. Misalnya, UMKM dapat mengakses semua fitur yang ada secara dua arah. Hal ini dimaksudkan agar UMKM dapat mengoptimalkan pemanfaatan fitur yang ada sehingga dapat meningkatkan daya saing mereka.

Sedangkan untuk perbankan, memiliki akses dua arah untuk collaboration dan communication. Hal ini dimaksudkan agar perbankan fokus dalam melakukan kerjasama bisnis dengan UMKM melalui fasilitas pemberian kredit. Dan untuk fitur knowledge storage tool, perbankan cukup memiliki akses satu arah, yaitu dalam membantu membagi data, informasi, dan pengetahuan.

Tingkat akses yang kurang lebih sama juga berlaku untuk institusi lainnya seperti misalnya Departemen Koperasi. Hal ini dimaksudkan agar institusi lain fokus dalam mentransfer pengetahuan dan pengalamannya serta dalam hal kerjasama bisnis. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.

Kemudian, langkah ketiga setelah dilakukannya pembuatan sistem KM adalah mendesain proses dalam mencapai target-target baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Proses pertama adalah knowledge exchange. Pada proses ini target yang diharapkan adalah setiap pihak yang berkepentingan seperti UMKM dapat secara mudah melakukan pencarian data, informasi, dan pengetahuan dalam sistem KM. Untuk itu, pada tahap ini sistem KM mampu membuat ruang kerja berbasis web yang memudahkan perbankan, UMKM, dan pihak lain dalam menyimpan dan membagi data, informasi, dan pengetahuannya.

Knowledge gap dan bahayanya
Berbagai krisis dan konflik dapat terjadi akibat timbulnya kesenjangan dalam suatu organisasi, negara bahkan antar negara di dunia. Dalam kasat mata kesenjangan itu biasanya tampak dalam bentuk fisik atau kekayaan materiil sebagai ukuran tingkat kesejahteraan.

Namun kita menyadari bahwa sesungguhnya kesenjangan itu bersumber pada penguasaan dan pemanfaatan ilmu, pengetahuan dan teknologi (iptek). Dalam kehidupan sehari-hari terbukti bahwa dalam suatu organisasi atau perusahaan jika penguasaan iptek hanya menjadi milik pribadi secara individual maka kondisi kesenjangan itu akan menyebabkan tidak maksimalnya kinerja perusahaan.

Demikian juga dalam suatu negara banyak contoh bagaimana timbul potensi konflik akibat kesenjangan antara berbagai bagian negara karena perbedaan tingkat pendidikan (penguasaan iptek) masyarakatnya.

Dan lebih luas lagi kita saksikan berbagai konflik antar negara di dunia, yang dapat ditelusuri sumbernya berasal dari kesenjangan penguasaan dan pemanfaatan iptek. Uraian situasi diatas adalah suatu fenomena yang sudah kita ketahui dan sadari sejak lama. Pertanyaannya adalah apa yang mungkin belum secara maksimal kita upayakan untuk mengurangi kesenjangan itu.

Solusi Knowledge Gap

Solusi Knowledge Gap
Dalam tulisan di Harian Waspada tanggal 15 Agustus 2009 yang berjudul “Berbagi Pengetahuan Meningkatkan Kinerja dan Prestasi Organisasi” dijelaskan mengenai konsep Knowledge Management (KM) serta manfaatnya bagi suatu organisasi dalam suatu perusahaan dan bahkan negara untuk mengatasi kesenjangan pengetahuan.

Konsep KM dalam implementasinya menawarkan suatu solusi, metodologi yang berazaskan kepada prinsip dialog yang dalam KM lebih dikenal dengan istilah sharing, yang tujuannya adalah pemerataan penguasaan dan pemanfaatan iptek dalam suatu organisasi/perusahaan.

Dalam konteks KM pengertian iptek sangat memperhatikan pengetahuan yang bersifat tacit yaitu pengetahuan yang ada dalam otak manusia yang tidak atau belum seutuhnya dapat dituliskan. Dan ini dapat disebarkan melalui pembentukan Hasil Riset Tentang Manfaat KM dari berbagai sumber diperoleh laporan- laporan yang dapat dipercaya bahwa implementasi KM yang menitikberatkan pada proses sharing:

1). Pada tataran organisasi telah terbukti meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi : perusahaan, unit pelayanan publik bahkan dilingkungan pemerintahan dan angkatan bersenjata; 2). Pada tataran negara , beberapa negara Skandinavia telah membuktikan kekuatan daya saingnya melalui implementasi KM dalam pembangunan ekonomi dan masyarakat dengan berbasis pengetahuan.

Contoh ini telah diikuti oleh negara-negara lain yang menyadari bahwa mereka tidak memiliki potensi sumber daya alam yang mencukupi; 3). Pada tataran dunia dilaporkan bahwa Bank Dunia dan UNDP telah melakukan perubahan strategi dan kebijakan dalam memberikan bantuan kepada negara-negara miskin di dunia yaitu perubahan kriteria bantuan dari perspektif fisik materiil kepada perspektif penguasaan dan pemanfaatan iptek.

Manfaat Knowledge management pada organisasi

Manfaat Knowledge management yang dapat membantu untuk menjadi sumber inspirasi awal bagi perusahaan yaitu:
  1. Meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan
  2. Meningkatkan respons terhadap pelanggan
  3. Meningkatkan efisiensi cara kerja dan proses
  4. Meningkatkan kemampuan dalam berinovasi
  5. Meningkatkan jumlah produk atau jasa

Dari sinilah inovasi dapat terus dilakukan. Inovasi tidak lagi hanya tanggungjawab bagian penelitian dan pengembangan, melainkan semua orang/kelompok dalam organisasi. Selanjutnya, orientasi dan respons terhadap pelanggan tidak lagi hanya menjadi tanggungjawab pemasaran dan customer service, namun menjadi nafas seluruh organisasi. Efisiensi cara kerja dan proses yang selalu dievaluasi akan membuat organisasi dapat bekerja cerdas dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dari waktu ke waktu. Tidak adanya media dan forum komunikasi di semua lini yang transparan membuat evaluasi cara kerja dalam organisasi jarang dibahs secara khusus. Karena, semua orang hanyut dalam kesibukan rutin.

Semua manfaat knowledge management dapat dipetik, karena adanya kemudahan mengakses informasi yang dibentuk oleh berbagai dokumentasi pengalaman terdahulu. Akses informasi yang cepat dan mudah, tidak selalu bertumpu pada dokumentasi yang terismpan dalam computer, namun karena adanya budaya organisasi untuk melakukan knowledge-sharing melalui media dan forum yang bersifat formal maupun informal

Muara dari semua teknik Knowledge management bagi kebutuhan bisnis yakni bagaimana perusahaan dapat tetap melayani kebutuhan pelanggan dengan melakukan beberapa hal berikut:

  1. Menangkap informasi
  2. Meningkatkan keluwesan dan adaptasi perusahaan
  3. Beroperasi dengan fixed assets dan overhead
  4. Sumber daya manusia, persediaan dan fasilitas yang optimal
  5. Menciptakan, berbagi knowledge dan terus belajar
  6. Memberdayakan karyawan
  7. Melakukan inovasi
  8. Memperpendek waktu produksi
  9. Menghasilkan produk yang bermutu
  10. Mempercepat pelayanan

Pelayanan kebutuhan pelanggan mustahil dapat dilakukan, apabila perusahaan tidak terus menerus memfokuskan diri, dalam memperbarui dan meningkatkan knowledge management karyawan maupun tim dalam pekerjaaannya

Friday, March 19, 2010

Knowledge Management sebagai Akar dari Competitive Advantage

Bagaimana kaitan antara knowledge management (KM) dengan competitive advantage(CA)? Mengapa sering KM disebut sebagai akar dari competitive advantage? Pertanyaan tersebut muncul karena seringkali hubungannya merupakan rangkaian hubungan yang tidak langsung dan memerlukan jangka waktu yang tidak instant. KM sebagai akar dari CA menunjukkan bahwa melalui KM, perusahaan akan memperoleh dasar bagi CA yang dimilikinya. Sebagai dasar atau akar berarti bahwa masih ada batang atau jalan yang perlu dilalui untuk mendapatkan buah berupa CA.
Jika ditarik mundur, Competitive Advantage merupakan keunggulan yang dimiliki persahaan karena memiliki core competencies yang sifatnya rare (jarang), valuable (berharga), costly to imitate (susah ditiru), dan non substitutable. Core competencies yang dimiliki suatu perusahaan pada saat sekarang (di mana informasi mudah didapat) lebih sering bersumber pada resources yang sifatnya intangible (Hitt). Asset intangible yang dimiliki oleh perusahaan diantaranya human, inovasi, dan reputasi, merupakan buah dari kreativitas yang bersumber pada knowledge. Pengetahuan yang dimiliki oleh individu dalam organisasi atau perusahaan akan mempengaruhi apa yang mereka kerjakan. Knowledge yang berada pada masing-masing orang tersebut merupakan sumber dari inovasi, dan inovasi merupakan akar dari competitive advantage bagi perusahaan.
Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana untuk menerapkan manajemen terhadap knowledge yang ada dalam perusahaan, yang dalam hal ini seringkali masih berupa tacit knowledge dan berada di kepala masing-masing individu. Knowledge manajemen sendiri sering dipandang sebagai sesuatu yang sifatnya teknikal, terkait dengan teknologi. Padahal, secara lebih mendalam, mengelola knowledge yang ada pada masing-masing individu di perusahaan sangat erat kaitannya dengan faktor sociological. Dalam hal ini manusia sebagai subyek yang belajar dan juga yang mengerjakan pengelolaan itu sendiri. Knowledge manajemen menjadi problem manajemen dimana individu harus meningkatkan kemauan untuk memanajemeni diri sendiri. KM menjadi sinergi antara pengelolaan SDM dan informasi dalam perusahaan.
Langkah-langkah dasar untuk menjalankan KM dalam perusahaan (Nonaka & Takeuchi – 1995) meliputi knowledge acquisition, knowledge sharing, knowledge utilization. Hal penting lain yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa pelaksanaan KM harus sesuai dengan visi misi dan strategi perusahaan.

Mindset KM

Knowledge Management seringkali disalah tafsirkan sebagai suatu bentuk teknologi informasi, padahal sesungguhnya tidak demikian, meski harus diakui banyak konsep dan strategi KM berasal dari kalangan industri teknologi informasi. Memang teknologi informasi berperan besar dalam menentukan tingkat keberhasilan inisiatif KM.
Perlu digarisbawahi bahwa inti utama dari implementasi suatu strategi KM adalah manusia, dengan fokus mengelola mindset (pola pikir) dan perilaku manusia dalam suatu organisasi. Sistem informasi yang didukung oleh teknologi informasi hanyalah pendukung. Hal yang sangat penting adalah bagaimana mendorong agar terjadi suatu perubahan (change) dalam cara memimpin, cara bekerja, dan cara berfikir yang dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan atau budaya baru.
Change management dengan rambu etika yang ketat sesungguhnya merupakan inti pokok implementasi KM. Penyebarluasan etika KM membutuhkan perjalanan panjang, tidak ada jalan pintas, dan oleh karena itu harus segera dimulai. Kalau tidak, perusahaan yang tidak melakukan perubahan dalam konsep KM tidak akan mampu bertahan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.

Thursday, March 18, 2010

Knowledge process

Knowledge process terdiri beberapa bagian yaitu :
• knowledge creation : pembuatan/penciptaan knowledge
• knowladge storage : penyimpanan knowledge
• knowledge transfer : perpindahan/transfer informasi
• knowledge application : pemanfaatan/penggunaan knowledge
Karena adanya knowledge process maka dibutuhkan knowledge management.

Pengembangan Knowledge Library sebagai alat pendukung proses belajar

Pengembangan Knowledge Library sebagai alat pendukung proses belajar

Hingga saat ini Digital Library (DL) telah dimanfaatkan sebagai alat pendukung proses belajar, khususnya dalam penyediaan materi belajar. DL dibutuhkan oleh pembelajar terutama pada tahap pencarian sumber belajar. Dilihat dari sudut pandang knowledge management (KM), tahap pencarian sumberbelajar ini merupakan bagian dari proses knowledge creation. Namun, dengan memandang aktivitas belajar sebagai proses KM, dapat dilihat bahwa selain knowledge creation, pembelajar juga membutuhkan fasilitas yang dapat mengakomodasi knowledge retention, knowledge sharing, dan knowledge utilization. Dengan demikian keberadaan DL saja belum cukup untuk melayani proses belajar secara menyeluruh. Dilatarbelakangi oleh permasalahan tersebut, melalui penelitian ini dikenalkan sebuah konsep sistem yang disebut knowledge library (KL). Dalam tulisan ini akan dipaparkan definisi konseptual dari KL sebagai alat dukung proses belajar hasil perluasan fungsionalitas DL yang mampu mengakomodasi aliran pengetahuan secara menyeluruh, mulai dari knowledge creation, knowledge retention, knowledge sharing dan knowledge utilization.

Culture on knowledge management

Culture on knowledge management

Budaya sebagai salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya knowledge management. Salah satu isu yang menjadi hambatan dalam penerapan knowledge management adalah bagaimana cara agar setiap orang mau dan dapat untuk membagi pengetahuan yang dimilikinya. Budaya berbagi pengetahuan (sharing knowledge) dapat dibentuk dengan membiasakan sikap dan perilaku yang tepat pada perusahaan. Beberapa hal yang dapat dilakukan, perusahaan dapat mengubah cara dan format rapat/pertemuan untuk mendorong terjadinya dialog, bukan monolog. Perusahaan juga dapat memfasilitasi dan memberi penghargaan secara formal terhadap sharing pengetahuan yang baik. Sebagai contoh, dengan membuat open plan office dimana para chief executive duduk pada area terbuka, dan bukan pada private office. Perancangan ulang lokasi tempat kerja merupakan salah satu kunci dari keberhasilan program implementasi knowledge management. Perubahan-perubahan tersebut harus didukung dengan perilaku para manajer senior. Manajer senior berperan dalam memotivasi dan memberikan contoh kepada para pegawai

Monday, March 15, 2010

kategori dari pengetahuan(knowledge)

kategori pengetahuan itu sendiri menjadi :
  • Core knowledge, adalah knowledge inti yang diperlukan sebuah bisnis. Contohnya, jika ingin buka bengkel tentu harus mempunyai mekanik yang handal, peralatan yang lengkap, suku cadang dan lain-lain.
  • Advanced knowledge, adalah knowledge yang membuat keunggulan bersaing sehingga sekaligus perusahaan dapat mampu berhadapan langsung dengan pesaingnya. Contohnya, selain dapat memperbaiki kendaraan pada umumnya, sebuah bengkel yang terus mengikuti perkembangan teknologi otomotif akan dapat menangani perbaikan kendaraan masa kini yang sebagian besar sudah computerized. Dengan knowledge yang satu atau dua langkah di depan membuat pesaing akan sempoyongan untuk mensejajarkan diri.
  • Innovative knowledge, merupakan knowledge yang membuat perusahaan dapat merubah 'aturan main' dunia bisnis yang digeluti dan membuat perusahaan menjadi pemimpin di bidang bisnisnya. Namun ketiga kategori ini tidak bersifat tetap, perusahaan harus tetap waspada. Sebuah perusahaan yang saat ini berada pada tingkat innovative knowledge, karena adanya cara dan teknologi baru yang diterapkan pesaing dapat merosot menjadi berada di core knowledge sehingga ia kehilangan daya saing. Contoh paling aktual adalah hadirnya teknologi CDMA yang merubah peta persaingan bisnis para operator selular.

contoh2 bagian dari KM

Program-program knowledge management pada umumnya mengelola proses kreasi (atau idendifikasi), akumulasi, dan aplikasi pengetahuan dalam sebuah organisasi. Sehingga sesungguhnya knowledge management adalah praktek-praktek salah satu aliran dari berbagai aliran pemikiran dan praktek yang berkaitan dengan:
  • Intellectual capital dan knowledge worker dalam knowledge economy.
  • Ide tentang learning organisation.
  • berbagai praktek-praktek yang memampukan organisasi, misalnya komunitas-komunitas praktek dan direktori yellow page korporat untuk mengakses informasi-informasi kunci dan kepakaran personel.
  • berbagai teknologi yang memampukan organisasi seperti knowledge bases and expert system, help desk, corporate intranet dan extranet, manajemen content, wiki and manajemen dokumen.

aspek aspek knowledge management

Salah satu aspek penting dalam KM yang akan selalu ada adalah transfer pengetahuan. Misalnya program magang formal, program pelatihan dan mentoring profesional, atau keberadaan perpustakaan korporat. Seiring dengan perkembangan komputer, adaptasi terhadap teknologi seperti knowledge base, expert system, dan knowledge repositories.

aspek aspek knowledge management

Salah satu aspek penting dalam KM yang akan selalu ada adalah transfer pengetahuan. Misalnya program magang formal, program pelatihan dan mentoring profesional, atau keberadaan perpustakaan korporat. Seiring dengan perkembangan komputer, adaptasi terhadap teknologi seperti knowledge base, expert system, dan knowledge repositories.

Saturday, March 13, 2010

Menumbuhkan Budaya Knowledge Sharing

Knowledge management syatem merupakan
strategi untuk meningkatkan efektifitas dan
peluang/kesempatan pengembangan komptensi
(Ningky,2001).
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
menumbuhkan budaya berbagi pengetahuan
diantaranya:
a. Menciptakan know-how dimana setiap pegawai
berkesempatan dan bebas menentukan cara baru
untuk menyelesaikan tugas dan berinovasi serta
peluang untuk mensinergikan pengetahuan
eksternal kedalam institusi.
b. Menangkap dan mengidentifikasi pengetahuan
yang dianggap bernilai dan direpresentasikan
dengan cara yang logis.
c. Penempatan pengetahuan yang baru dalam
format yang mudah diakses oleh seluruh pegawai
dan pejabat.
d. Pengelolaan pengetahuan untuk menjamin
kekinian informasi agar dapat direview untuk
relevansi dan akurasinya.
e. Format pengetahuan yang disediakan di portal
adalah format yang user friendly agar semua
pegawai dapat mengakses dan mengembangkan
setiap saat.

Hakikat KM

Manajemen Pengetahuan atau Knowledge Management (KM) dimaksudkan untuk mewakili pendekatan terencana dan sistematis untuk menjamin penggunaan penuh dasar pengetahuan organisasi, ditambah keahlian, kompetensi, pemikiran, inovasi, dan ide individual potensial untuk menciptakan organisasi yang lebih efisien dan efektif

Penciptaan dan Pengembangan Knowledge

Penciptaan pengetahuan melibatkan lima langkah utama, Von Krogh, Ichiyo serta
Nonaka mengemukakan bahwa penciptaan pengetahuan organisasional terdiri dari lima
langkah utama yaitu[3]:
a. berbagi pengetahuan terbatinkan,
b. menciptakan konsep,
c. membenarkan konsep,
d. membangun prototype, dan
e. melakukan penyebaran pengetahuan di berbagai fungsi dan tingkat di organisasi.

Pengertian Knowledge Management System

Knowledge Management is the explicit and
systematic management of vital knowledge and its associated processes of creation,
organisation, diffusion, use and exploitation”. Knowledge management merupakan
manajemen pengetahuan vital secara eksplisit dan sistematis dan proses yang berasosiasi pada
pembentukan, pengorganisasian, difusi, penggunaan dan eksploitasi.
Definisi tersebut bukanlah satu-satunya definisi yang benar secara mutlak karena
tidak ada definisi yang universal mengenai knowledge management. Defini tersebut
merupakan definisi rumusan Skyrme yang paling merepresentasikan pengertian knowledge
management berdasarkan pengalaman dan kepakarannya.
“KM is the ‘process through which organizations generate value from intellectual and
knowledge based assets”, maksudnya, knowledge management adalah proses bagaimana
sebuah organisasi mengambil keuntungan dari aset berbasis intelektual dan pengetahuan

Friday, March 12, 2010

Knowledge Sharing

knowledge sharing merupakan salah satu metode atau salah satu langkah dalam siklus knowledge management yang digunakan untuk memberikan kesempatan kepada anggota suatu kelompok, organisasi, instansi atau perusahaan untuk berbagi pengetahuan yang mereka miliki kepada anggota lainnya.

3 macam Knowledge Sharing :

Berger dan Luckmann (Berger 1966) menyebutkan ada 3 momen dalam proses membangun pengetahuan dalam organisasi: eksternalisasi, obyektifikasi dan internalisasi.

Eksternalisasi pengetahuan adalah proses dimana terjadi pertukaran pengetahuan personal, sehingga pengetahuan dikomunikasikan di antara anggota.
Obyektifikasi pengetahuan adalah proses dimana pengetahuan menjadi realitas obyektif, sehingga pengetahuan tersebut diakui organisasi (komunitas).
Internalisasi pengetahuan adalah proses dimana pengetahuan yang terobyektifikasi tersebut digunakan oleh personal dalam rangka sosialisasi mereka. Internalisasi pengetahuan dilakukan melalui kegiatan pencarian dan menemukan kembali pengetahuan yang tersimpan dalam organisasi. Inovasi dihasilkan dari kombinasi pengetahuan personal, pengetahuan yang dishare oleh kelompok, dan pengetahuan organisasi. Ketiga proses tersebut juga menggambarkan 3 tipe knowledge sharing yang diusulkan Marleen Huysman dan Dirk de Wit (Husyman 2003): knowledge exchange, knowledge retrieval, dan knowledge creation

Kepemimpinan dalam Tim KM

Peran pemimpin puncak tetap merupakan pendukung pada implementasi strategi KM di perusahaan. Robinson, Anumba, Carrilo, dan Al-Ghassani (2006) mengidentifikasikan peran pemimpin puncak dalam 5 bidang, antara lain:
  1. Mengarahkan pengembangan KM strategi agar semua anggota perusahaan meningkatkan talenta dalam best practice, baik dalam tacit maupun explicit knowledge agar mereka menghasilkan kinerja yang tinggi bagi perusahaan.
  2. Memberi motivasi seeking best practice pada semua anggota perusahaan agar memberi layanan yang berkualitas pada pelanggan
  3. Memfasilitasi tersediannya KM resources yang unggul (seperti budget dan pengembangan SDM) dan KM tools (seperti infrastruktur IT dalam intranet untuk berkolaborasi pada penyebaran best practices)
  4. Mendorong program untuk mengatasi hambatan budaya organisasi (mengidentifikasi budaya perusahaan seperti lemahnya kolaborasi untuk diatasi atau membangun sikap positif terhadap knowledge sharing)
  5. Mengaitkan antara KM dan operasi kerja bagi kinerja organisasi (seperti melakukan publisitas untuk memelihara high profile activities tentang penerapan best practices yang berhasil dalam layanan kepada pelanggan)
Sumber: Knowledge Sharing - DR. Manerep Pasaribu (2009, p.84)

4 Kategori Differences dalam Organisasi

Ghemawat (2007) mencatat adaptasi sebagai kebutuhan organisasi karena perusahaan menghadapi empat kategori differences yang patut diperhatikan, yaitu:
  1. Cultural differences (idiosyncratic tastes)
  2. Administrative differences (perbedaan standar pada beda lingkungan)
  3. Geographic differences (beda lokasi beda climate)
  4. Economic differences (perbedaan income antar peserta di dalam transfer)
Sumber: Knowledge Sharing - DR. Manerep Pasaribu (2009, p.75)

Adaptasi dalam Best Practice Sharing

Balogun dan Hailey (1999) mengajukan 4 tipe adaptasi sebagai strategic change.
  1. Adaptasi bersifat inkremental (melalui learning organization) atau realignment (mengubah kaitan atau sekuen) pada manajemen rutin dan skills.
  2. Adaptasi big bang (perubahan besar yang dapat mengguncang perusahaan).
  3. Evolusi yang bersifat transformasi (seperti mengubah paradigma organisasi).
  4. Revolusi yang menggabungkan big bang transformasi tersebut di atas karena tekanan perubahan lingkungan eksternal yang radikal.
Sumber: Knowledge Sharing - DR. Manerep Pasaribu (2009, p.75)

CSF Analysis : Preface

CSF Analysis
Merupakan sebuah metode analisa dengan mempertimbangkan beberapa hal yang kritis di dalam lingkungan perusahaan untuk mendefinisikan faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan kesuksesan perusahaan atau organisasi. Analisis CSF memberikan gambaran pada perusahaan tentang aspek - aspek kritis apa saja di setiap aktivitas dan proses bisnis perusahaan yang mempengaruhi kinerja perusahaan dalam mencapai visi dan misi serta keberhasilan bisnisnya.Menurut Pinto dan Slevin, berdasarkan dari buku David L. Olson (2005, p.13), mengemukakan faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan di dalam CSFs, yaitu :

•Misi proyek – Tujuan yang jelas serta penyediaan arahan.
•Dukungan manajemen atas – Untuk memastikan sumber daya yang dibutuhkan tersedia.
•Perencanaan / Jadwal – Menyertakan spesifikasi yang detail.
•Konsultasi klien – Memberikan pandangan kepada pihak – pihak yang terlibat
•Personil – Seseorang yang diberikan tugas di dalam sebuah tim.
•Tugas teknikal – Memerlukan para ahli khusus.
•Penerimaan klien – Menjual produk dari proyek tersebut kepada pengguna.
•Pengawasan dan umpan balik – pengawasan berkala terhadap seluruh tingkatan dari proyek yang sedang berjalan.
•Komunikasi – hubungan dan data yang diperlukan harus dapat tersedia
•Pemecahan masalah – berhubungan dengan krisis dan deviasi

Knowledge Sharing Media Over Internet

Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa di dalam proses inti knowledge management (core process knowledge management) di satu
bagian dari proses tersebut ada satu bagian yang berfungsi untuk membagi atau menyebarkan knowledge yang telah didapat dan dikembangkan.
Bagian tersebut adalah knowledge sharing yang berfungsi memang untuk menyebarkan seluruh pengetahuan yang sudah didapat dan dikembangkan
kedalam seluruh organisasi perusahaan agar perusahaan dapat meningkatkan proses dan aktivitas bisnisnya dengan lebih baik lagi ke depannya.
Knowledge sharing berdasarkan prosesnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari teknologi informasi yang didasarkan pada media penyebaran
knowledge-nya. Media - media untuk menyebarkan knowledge tersebut banyak sekali contohnya, seperti :
1. E-mail
Merupakan media elektronik yang menggunakan tulisan untuk dapat berkirim surat melalui internet
2. Group Discussions
Merupakan sesi diskusi melalui internet.
3. Forum
Merupakan alat pendukung knowledge management yang berguna untuk tanya - jawab
4. Video Conference
Merupakan media sharing dengan media video, orang ke orang
5. Chatting
Seperti halnya e-mail, chatting melakukan tanya - jawab dengan real-time
6. Teleconference
Merupakan alat pendukung group discussions untuk menghubungkan beberapa orang di tempat yang berbeda.

Namun dari media - media yang ada diatas tersebut, masih banyak lagi media - media yang dapat mendukung proses knowledge sharing di dalam perusahaan.
Knowledge Management System (KMS) sebagai

pengaksesan pengetahuan lebih efektif dan efisien.


Knowledge Management System (KMS) di Dinas
Sosial Provinsi DKI Jakarta diantaranya:

a. Format pengetahuan digital lebih mudah
disimpan dalam jaringan intranet dan proses
pemeliharaannya lebih efisien sehingga mudahdianalisa, ditelusuri, diperbaharui dan
disebarkan.

b. Setiap pegawai memiliki tanggungjawab,
kewajiban dan hak akses yang sama terhadap
pengetahuan yang sesuai dengan
kepentingannya.

c. KMS Dinas Sosial berbasis antarmuka dinamis
yang memungkinkan untuk mendorong
terbentuknya budaya saling berbagi pengetahuan.
Begitupula dengan kemudahan akses
pengetahuan diberbagai lapisan struktural
sebagai pendukung yang memudahkan proses
pembentukan budaya sharing knowledge
dilakukan.

d. Berkerja secara kelompok (teamwork)
mendorong setiap orang untuk bekerja bersama
sama secara lebih baik dengan orang lain untuk
menyelesaikan tugas yang sedang dikerjakan.

e. Menghilangkan atau memperkecil sekat birokrasi
karena memungkinkan Kepala Dinas mendorong
para pegawai struktural dibawahnya untuk
bekerja bersama sama secara sinergis.
Memungkinkan pula bagi Kepala Dinas dapat
memberi contoh atau model berbagi pengetahuan
atau informasi kepada semua lapisan struktural.

knowledge arsiktektur

THE ARCHITECTURE’S CHARACTERISTICS :

1. Available
Jika pengetahuan dari para pekerja ingin selalu ada, maka harus dapat tersedia. Kebutuhan ini
dapat dibagi menjadi 2 sudut pandang, yaitu : Pengetahuan dari luar ke dalam organisasi yang adaserta pengetahuan dari dalam keluar organisasi yang ada

2. Accurate in Retrieval
Accurate Retrieval sangat kritis terhadap kesuksesan arsitektur pengetahuan yang mana saja.
Jika pencarian pengetahuan selalu menghasilkan hasil yang kosong atau tidak relevan, maka
pengguan biasanya akan mencari metode yang lain untuk menemukan informasi yang dibutuhkan.

3. Effective
Pengetahuan yang tersedia didalam basis pengetahuan yang ada harus sangat tinggi kualitasnya
untuk dapat menghasilkan keberhasilan. Jika kualitas dari pengetahuan tersebut didalam basis
tersebut mengalami penurunan, maka pekerja akan berhenti menggunakannya sebagai sumber pengetahuan yang ada

4.Accesible
Pengetahuan yang efektif didalam arsitektur manajemen pengetahuan harus dapat tersedia ketika dibutuhkan. Dengan membuat basis sisi client dari arsitektur tersebut di teknologi open web, arsitektur tersebut akan dapat meningkatkan kapabilitas mobile dari teknologi web tersebut.


mylearningplus: Manfaat Knowledge Management pada Organisasi Bisnis

  • Socialization: from tacit to tacit -- Sharing experiences to create tacit knowledge, such as shared mental models and technical skills. This also includes observation, imitation, and practice. However, "experience" is the key, which his why the mere "transfer of information" often makes little sense to the receiver.
  • Internalization: from explicit to tacit -- Embodying explicit knowledge into tacit knowledge. Closely related to "learning by doing." Normally, knowledge is verbalized or diagrammed into documents or oral stories.
  • Externalization: from tacit to explicit -- The quintessential process of articulating tacit knowledge into explicit concepts through metaphors, analogies, concepts, hypothesis, or models. Note that when we conceptualize an image, we express its essence mostly in language.
  • Combination,: from explicit to explicit -- A process of systemizing concepts into a knowledge system. Individuals exchange and combine knowledge through media, such as documents, meetings, and conversations. Information is reconfigured by such means as sorting, combining, and categorizing. Formal education and many training programs work this way.

Thursday, March 11, 2010

Manfaat Knowledge Management pada Organisasi Bisnis

Manfaat Knowledge Management pada Organisasi Bisnis
Manfaat Knowledge management yang dapat membantu untuk menjadi sumber inspirasi awal bagi perusahaan yaitu:
1. Meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan
2. Meningkatkan respons terhadap pelanggan
3. Meningkatkan efisiensi cara kerja dan proses
4. Meningkatkan kemampuan dalam berinovasi
5. Meningkatkan jumlah produk atau jasa
Dari sinilah inovasi dapat terus dilakukan. Inovasi tidak lagi hanya tanggungjawab bagian penelitian dan pengembangan, melainkan semua orang/kelompok dalam organisasi. Selanjutnya, orientasi dan respons terhadap pelanggan tidak lagi hanya menjadi tanggungjawab pemasaran dan customer service, namun menjadi nafas seluruh organisasi. Efisiensi cara kerja dan proses yang selalu dievaluasi akan membuat organisasi dapat bekerja cerdas dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dari waktu ke waktu. Tidak adanya media dan forum komunikasi di semua lini yang transparan membuat evaluasi cara kerja dalam organisasi jarang dibahs secara khusus. Karena, semua orang hanyut dalam kesibukan rutin.
Semua manfaat knowledge management dapat dipetik, karena adanya kemudahan mengakses informasi yang dibentuk oleh berbagai dokumentasi pengalaman terdahulu. Akses informasi yang cepat dan mudah, tidak selalu bertumpu pada dokumentasi yang terismpan dalam computer, namun karena adanya budaya organisasi untuk melakukan knowledge-sharing melalui media dan forum yang bersifat formal maupun informal
Muara dari semua teknik Knowledge management bagi kebutuhan bisnis yakni bagaimana perusahaan dapat tetap melayani kebutuhan pelanggan dengan melakukan beberapa hal berikut:
1. Menangkap informasi
2. Meningkatkan keluwesan dan adaptasi perusahaan
3. Beroperasi dengan fixed assets dan overhead
4. Sumber daya manusia, persediaan dan fasilitas yang optimal
5. Menciptakan, berbagi knowledge dan terus belajar
6. Memberdayakan karyawan
7. Melakukan inovasi
8. Memperpendek waktu produksi
9. Menghasilkan produk yang bermutu
10. Mempercepat pelayanan
Pelayanan kebutuhan pelanggan mustahil dapat dilakukan, apabila perusahaan tidak terus menerus memfokuskan diri, dalam memperbarui dan meningkatkan knowledge management karyawan maupun tim dalam pekerjaaannya

Wednesday, March 10, 2010

Knowledge Sharing dan Kinerja Organisasi

Sebagai langkah strategi untuk menambah kedalaman dan keluasan kapabilitas organisasi (Choo dan Bontis, 2002) best practice sharing dapat diakses dan dimanfaatkan karyawan untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik.

Para peneliti mengatakan bahwa best practice sharing bermanfaat untuk:
  1. Mengidentifikasikan dan mengganti poor practice
  2. Memperbaiki proses kegiatan
  3. Meminimalisasikan rework yang disebabkan pemakaian poor method
  4. Menghindarkan reinventing the wheel yang berakibat stagnasi knowledge para karyawan yang dapat mendorong pemborosan
  5. Meningkatkan penghematan biaya
Penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang mengimplementasikan knowledge sharing bertumbuh secara signifikan meskipun terdapat krisis multifaces.

Hambatan Knowledge Sharing

Knowledge sharing penting dalam organisasi. Perusahaan perlu memanfaatkan cara kerja unit yang berkinerja baik untuk diimplementasikan di unit yang belum berhasil. Namun, Kerwin dan Woodruff (1998) menemukan adanya hambatan sharing dalam tubuh organisasi. Hambatan itu menurut Szulanski (1996) bersumber dari kecemburuan antar divisi, departemen, rendahnya insentif, keyakinan dan komitmen, Not Invented Here (NIH Syndrome). Hambatan-hambatan ini bisa diminimalisasi melalui peningkatan trust dan kerjasama di lingkungan organisasi. Kondisi itu tercipta melalui komunikasi dan sosialisasi yang lebih efektif tentang arti dan manfaat knowledge sharing.

Sumber Best Practice

Ada 2 sumber best practice yaitu dari internal dan eksternal organisasi. Sumber dari internal perusahaan merupakan skill, pengalaman, know-how, dan kreativitas yang dimiliki oleh para karyawan perusahaan yang disebut Human Capital. Sedangkan sumber dari luar merupakan replikasi dan benchmarking yang diperoleh dari organisasi/ perusahaan lainnya yang dapat digunakan langsung di lingkungan perusahaan.

Ada yang unik dengan kekayaan yang disebut knowledge. Ia tidak akan habis jika dibagi-bagikan, malahan semakin dibagi kita akan semakin kaya dan pengetahuan itu akan bertambah. Kalau knowledge itu kita simpan bagi diri kita sendiri, cepat atau lambat ia akan mengalami kekeringan (Knowledge Drain).

Tuesday, March 9, 2010

7 Langkah Menyelaraskan Knowledge Management dengan Tujuan Perusahaan

7 Langkah Menyelaraskan Knowledge Management dengan Tujuan Perusahaan
1. Mendiagnosis Tingkat Knowledge Perusahaan
Perusahaan diharuskan untuk mengetahui tingkat knowledge atau kecerdasan perusahaan (corporate intelligence) untuk dapat meningkatkan laba, mindshare, kecepatan dalam inovasi dan time to market agar dapat menyingkapi setiap tuntutan perubahan yang akan terjadi
2. Mengadakan Sharing Vision secara periodic
Aktivitas sharing vision adalah menjelaskan dan mendiskusikan visi, misi dan nilai yang dianut organisasi dalam bentuk yang mudah dioperasikan oleh seluruh lapisan organisasi. Untuk menuju perusahaan yang bertumpu pada knowledge, sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan analisis setiap pesertanya. Oleh kaerna itu data dan informasi kondisi perusahaan yang termutakhir sangat berperan dalam analisi dan keputusan tindakan selanjutnya.
3. Membentuk Organisasi Pembelajar
Jika knowledge merupakan penerapan dari informasi melalui pengalaman yang nyata, maka knowledge adalah kemampuan untuk melakukan tindakan. Belajar merupakan proses meningkatkan kemampuan untuk mengisi “amunisi” untuk bertindak dan menghasilkan sesuatu. Untuk meningkatkan inovasi melalui knowledge, diperlukan budaya organisasi untuk selalu belajar. Organisasi yang selalu belajar akan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan diri dengan perubahan secara lebih cepat. Penyesuaian yang cepat akan membuat perusahaan dapat mempertahankan keberadaannya diantara para pesaing.
4. Membangun Budaya Knowledge-Sharing
Dalam Knowledge Management, knowledge sharing dianggap sebagai proses berbagi pengetahuan dalam organisasi, yang paling menentukan adalah sumber daya manusia dan budaya perusahaan. Yang lainnya adalah sistem informasi dan strategi informasi serta struktur organisasi
5. Mengubah Setiap Knowledge menjadi Tindakan
Budaya organisasi pembelajar telah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan organisasi namun akan sia-sia jika pengetahuan yang diperoleh tidak diterapkan dalam organisasi. Penerapan knowledge management dapat dilakukan dengan menyelaraskan jumlah kekayaan knowledge dengan kekayaan tindakan yang terfokus bagi pencapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi
6. Mengukur Efektifitas Knowledge Management
Teknik pengukuran yang dilakukan dalam aktivitas Knowledge Management antara lain melakukan survey untuk mengetahui berapa banyak orang mendapatkan manfaat dari yang diterapkan Knowledge Management; menemukan berbagai contoh persoalan yang terjadi dalam organisasi yang akhirnya dapat dihindari atau diselesaikan dengan Knowledge Management; seberapa mudah orang dapat mengakses informasi yang diperlukan ketika bekerja
7. Melembagakan Knowledge Management
Jika Knowledge Mangement telah diterapkan perusahaan, melembagakan knowledge management baik secara formal maupun informal menjadi suatu kebutuhan. Manfaatnya adalah untuk mengorganisasi seluruh aktivitas Knowledge Management sejak strategi perencanaan, penerapan, hingga pengukuran tingkat efektifitas Knowledge Management

Monday, March 8, 2010

Knowledge Policy

Pengertian kebijakan pengetahuan mengacu pada mekanisme politik yang digunakan untuk mewujudkan tujuan pengetahuan pada tingkat individu dan sosial. Kebijakan fokus pada dampak pengetahuan masyarakat adalah bagian dari apa yang Stehr Nico (2004) kenal sebagai "pengetahuan politik". Alasan bagi munculnya pengetahuan kebijakan, menurut Stehr, antara lain, munculnya bentuk-bentuk baru pengetahuan terdepan dalam bagian untuk mengurangi perbedaan antara pengetahuan terapan dan penelitian dasar.

Teknologi untuk KM

Beckmen (1999) meringkaskan perspektif teknologi untuk KM sebagai berikut:

  • Knowledge repository, pada umumnya berupa database
  • Direktori sumber
  • Direktori sumber daya pembelajaran
  • Groupware
  • Ditambah dengan "bisnis model" yang dipengaruhi unsur:
  1. Arsitektur TI
  2. Platform TI
  3. Komunikasi
  4. Interface
  5. Software
  6. User support

Devenport, De Long dan Beers (1998)

Setelah mengkaji berbagai proyek pengembangan KM, juga sampai pada kesimpulan yang sama tentang hubungan antar manusia-ini. Mereka mengistilahkan sebagai "knowledge friendly culture" yang didalamnya mengandung unsur keleluasan dan kemaunan untuk saling berbagi pengetahuan. Jika kita kaitkan hal ini dengan pembahasan dialinia sebelumnya, maka jelaslah bahwa sebuah sistem representasi data tidak bisa berbuat apa apa kalau si pengelolanya tidak mampu menciptakan -- atau memberikan sumbangan kepada -- suasana yang paling percaya dan saling berbagi. Bahkan sebuah sistem representasi data yang tidak dilengkapi oleh upaya untuk membangun rasa percaya pemakainya ini akan hanya menjadi penghambat bagi pengembangan KM , atau menghabiskan biaya besar yang sia-sia.

Persoalan utama KM bukan pada pengelolaan data

Penulis berargumentasi lain.Persoalan utama pada KM buka pada pengelolaan data sebagaimana yang selama ini dianut kepustakawan pada umumnya. Kalau saja persoalannya adalah pengelolaan data, niscaya praktik-praktik klasik kepustakawan sudah cukup untuk mengatasinya.

Sebab begini:data mentah (raw data) tidak pernah ada, jika pengertiannya adalah sesuatu yang terpisah dari I dan K. Data hanya ada setelah orang punya banyangan tentang penggunaannya ( potential use), harapan kebergunaan (expectation), konteks, dan konstruk, (theoritical construct). Contoh adalah sebuah angka , misalnya 2.000.000. Angka ini tidak pernah ada, kalau kepadanya tidak dilekatkan potensi, harapan, konteks, dan konstruk. Ia menjadi ada, misalnya ,setelah kita menganggapnya sebagai nominal uang, dengan potensi untuk membeli sesuatu, dalam konteks tertentu untuk suatu keperluan tertentu. Tergantung dari jenis uangnya dan untuk apa uang itu, angka 2.000.000 sendiri "tidak ada apa-apanya".

DIK bukan KID

DIK adalah aksioma Data --> Information -->Knowledge, sedangkan KID adalah sebaliknya (tuomi, 2000). Kepustakawan ( dan banyak bidang lainnya !) sering menyangka bahwa DIK adalah aksioma yang tepat untuk KM.(kata aksioma berasal dari yunani yang artinya terbukti dengan sendirinya). asumsinya jika kita telah mengolah D dengan baik, maka praktis I dan K sudah terkelola. Jika sudah terkelola maka, praktis sudah mudah dipakai. Jika sudah terpakai, maka praktis sudah efektif dan efesien dalam konteks pemanfaatan K. Dengan kata lain KM berbasis pengelolaan data, paka kepustakawan adalah jagoan KM.

Saturday, March 6, 2010

Sekilas tentang KM

Bagaimana Membuat Suatu KM?
1. Bangun infrastruktur dengan teknologi yang tepat

Teknologi yang tepat, bukan berarti teknologi yang digunakan adalah teknologi

tinggi. Tepat berarti sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan usaha yang anda

lakukan sekarang dan tidak membuang-buang biaya. Teknologi ini bisa saja

seperti komputer dan jaringan internet, lihat kembali di alat-alat pengetahuan.

2. Bangun sebuah infrastruktur konseptual dengan tulang punggung kompetensi

Teknologi yang tepat juga tidak akan berguna apabila anda tidak mempunyai

konsep atau visi yang sesuai dengan tujuan perusahaan. Dan tulang punggung

yang kompeten adalah orang-orang yang mempunyai ilmu, keahlian,

pengalaman, kecepatan bertindak, dan bersosialisasi.

3. Buat suatu tempat penyimpanan dan hal-hal yang menyangkutnya

Tempat penyimpanan bisa saja berupa gudang, perpustakaan, arsip, database,

file. Dan dibantu dengan alat-alat yang mempermudah pencarian.

4. Ciptakan standar tinggi untuk kualitas dan kegunaannya

Anda harus membuat suatu aturan, yaitu hanya ilmu yang berguna sajalah yang

akan anda disimpan di gudang pengetahuan anda, jangan sampai sampah

informasi juga anda masukkan kedalamnya. Dan pastikanlah kalau aturan ini

sesuai dengan kebutuhan penggunanya.


Apa Saja Yang Dibutuhkan untuk KM ?
Jawaban termudah adalah sumber daya manusia dan teknologi. Tanpa 2 hal ini tidak

akan ada sebuah KM yang ada hanya knowledge individual. Teknologi dalam hal ini

sangat membantu banyak, dengan kemampuan database, metode searching, automated

agent, e-forum dan e-mail, akan sangat membantu menciptakan sebuah sistem yang

baik. Walaupun kadang-kadang sebuah buku organizer cukup membantu seseorang

dalam schedulingnya.

Knowledge Management in Pursuit of Performance

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi strategi KM, yaitu manajerial, sumber daya, dan

lingkungan. Suatu organisasi sukses pada umumnya terkait dengan komitmen dari pimpinan,

pimpinan dengan sedikit komitmen tidak akan dapat mencapai tujuan organisasi. Setelah

komitmen dari pimpinan, selanjutnya pekerjaan yang dikerjakan harus secara disiplin dalam

menggunakan sumber daya, pelaksanaan, dll. Pengaturan, pengendalian, dan pengukuran akan

lebih cenderung mempengaruhi proses yang akan digunakan. Sumber daya dapat berupa dana,

pengalaman di berbagai bidang, dan manusia beserta pengetahuannya. Faktor lingkungan

meliputi faktor teknologi baru yang dapat digunakan dan juga faktor kompetisi, peraturan

pemerintah, dll.

kesimpulan:KM tidak dapat secara umum diterapkan pada setiap organisasi. Ketika organisasi

mengetahui pengetahuan apa yang dibutuhkan, maka KM berbasis teknologi akan lebih tepat,

sebaliknya apabila organisasi tidak mengetahui pengetahuan yang dibutuhkan pada sebuah

proses yang belum baku, maka KM berbasis proses akan lebih tepat.



KM: Knowledge Management suatu proses untuk menciptakan, mendapatkan, memindahkan, dan menerapkan aset berbasis pengetahuan.

Defining Knowledge Management

Knowledge management can be described many ways, but the definition that seems best suited to FHWA is “the process of capturing and sharing a community’s collective expertise to fulfill its mission.” Knowledge management takes advantage of an organization’s most valuable asset — the collective expertise of its employees and partners.

Knowledge management acts something like a library in that it provides a repository for written information on a given subject, but it also tries to make available to the organization as a whole the knowledge that is in people’s heads. This knowledge may be the most valuable of all because it is put in context and it is frequently more extensive and up-to-date and, therefore, more useful for decision-making. In short, knowledge management helps ensure that the right information gets to the right people at the right time to make the right decisions.

Why Knowledge Management?

The author of modern management, Peter Drucker, wrote, “The basic economic resource—the means of production—is no longer capital, nor natural resources, nor labor. It is and will be knowledge.” Even the genius of Charles Darwin makes the point, “It is not the strongest of the species that survive, nor the most intelligent, but the one most responsive to change.” In this age, the only constant is change. Beside the well known changes in technology, there are continuing changes politically, socially, and economically. The ability of an organization to stay current and stay relevant requires a core competence in Knowledge Management.

Knowledge Management can transform your organization to new levels of effectiveness, efficiency, and scope of operation. Through advancements in technology, data and information are readily available. The modern business manager is able to discover and learn new measures, new technologies, and new opportunities, but this requires the ability to gather information in usable formats and disseminate knowledge to achieve the organization’s objectives.

Knowledge Management is continually discovering what an organization knows—codifying tacit knowledge, Data Mining, and Business Intelligence; continually increasing what the organization knows—organizational learning and communities of practice, and continually organizing and disseminating explicit knowledge for use throughout the organization.